Statistik & Grafik Pembantaian Hewan Global: Pembaruan 2020
[This post has been translated from English to Indonesian. You can find the original post here. This translation was made possible with support from World Animal Protection courtesy of a grant from the Open Philanthropy Project.]
Hampir dua tahun yang lalu, kami menerbitkan serangkaian blog yang mendokumentasikan tentang berapa banyak jumlah hewan yang dibantai untuk dijadikan makanan setiap tahunnya berdasarkan data PBB. Blog ini menawarkan versi yang sudah diperbarui dan ditingkatkan menggunakan data terbaru, dan mencakup data angka tambahan selama dua tahun. Dalam hal peningkatan, kami telah menambahkan ukuran untuk ikan, kami telah memperkenalkan grafik baru yang dapat membantu memvisualisasikan data dengan lebih baik, dan kami telah menggabungkan semua informasi ke dalam satu unggahan blog, bukan unggahan blog per kelompok hewan.
Kelompok hewan yang menjadi fokus utama kami adalah sapi, ayam, babi, domba, dan ikan. Data yang berkaitan dengan hewan darat ini merupakan bagian dari database FAOSTAT milik Food and Agriculture Organization (FAO) PBB. Sementara itu, data tentang ikan diambil dari database “Produksi Global berdasarkan sumber produksi 1950-2018”, yang dapat ditemukan di FishStatJ, perangkat lunak untuk bagian perikanan dan akuakultur dari FAO. Untuk hewan darat, kami fokus pada jumlah hewan yang dibantai untuk diambil dagingnya. Dalam database FAOSTAT, hal ini sesuai dengan item “Daging, {Kelompok hewan}”. Satuan dari hewan darat adalah jumlah hewan yang telah dibantai. Hal ini tidak berlaku untuk ikan, yang diukur dalam berat ikan tersebut saat masih hidup (satuan beratnya adalah ton atau kilogram). Untuk menghindari kebingungan, kami telah memutuskan untuk menyertakan rangkaian waktu yang terpisah untuk ikan, yang dapat ditemukan di tab kedua dalam garis grafik interaktif.
Mengingat bahwa ayam diukur dalam satuan ribuan, maka sudah jelas bahwa mereka adalah hewan darat yang paling banyak dibantai, diikuti oleh babi, domba, dan sapi. Sekali lagi, perhatikan bahwa kita tidak dapat membandingkan jumlah ikan yang dibantai dengan jumlah hewan darat yang dibantai karena ikan yang digunakan untuk produksi diukur dengan berat saat ikan tersebut masih hidup — kita harus memperkirakan berat produksi rata-rata semua spesies ikan. Seluruh rangkaian waktu yang bersifat absolut tampaknya memiliki tren yang semakin meningkat, meskipun seri waktu ikan tampaknya melandai sejak sekitar tahun 1990. Seseorang mungkin akan berpendapat bahwa tren yang semakin meningkat ini disebabkan oleh peningkatan populasi, dan kita dapat memeriksa klaim ini dengan melakukan perencanaan rangkaian waktu per kapita.
Melalui hal ini, kita dapat mengamati bahwa hanya ayam dan babi yang mempertahankan peningkatan trennya, sedangkan sekarang domba dan sapi mengalami penurunan tren yang jelas. Sementara itu, rangkaian waktu untuk ikan pertama kali naik, tetapi mengalami penurunan tren yang stabil sejak tahun 1990.
Kami pikir mungkin menarik dan bermanfaat untuk mendekonstruksi rangkaian waktu ini untuk mendapatkan gambaran tentang di bagian dunia mana kelompok-kelompok hewan tersebut paling banyak dibantai. Dalam upaya pertama pada jenis analisis ini, kami membuat perencanaan grafik area bertumpuk untuk berbagai benua bagi setiap kelompok hewan. Perhatikan bahwa kelompok hewan yang berbeda dapat ditemukan di tab yang berbeda dari grafik.
Kita dapat mengamati bahwa untuk sapi, jumlah absolut hewan yang dibantai telah menurun di Eropa, tetapi meningkat di Oseania, Asia, Amerika, dan Afrika. Mengenai ayam, ayam lebih banyak dibantai dari waktu ke waktu di semua benua. Dari grafik area bertumpuk untuk babi, kita mengetahui bahwa alasan utama meningkatnya jumlah babi yang dibantai di seluruh dunia adalah karena disebabkan oleh peningkatan konsumsi yang besar di Asia. Jumlah babi yang dibantai juga meningkat di Oseania, Amerika, dan Afrika, tetapi relatif stabil di Eropa. Melihat jumlah domba, kami mengamati peningkatan besar dalam jumlah domba yang dibantai di Asia dan Afrika, sedangkan jumlahnya tampaknya menurun di Oseania, Eropa, dan Amerika. Patut dicatat bahwa Oseania merupakan penyumbang sebagian besar jumlah domba yang dibantai di seluruh dunia, mengingat bahwa sejauh ini Oseania merupakan benua yang paling memiliki penduduk paling sedikit. Pada akhirnya, ketika kita mempertimbangkan tentang ikan, kita kembali mengamati bahwa peningkatan tren umum di seluruh dunia terutama berasal dari Asia. Tampaknya ada peningkatan tren di Oseania dan Afrika selama rangkaian waktu, dan penurunan tren di Eropa dan Amerika sejak sekitar tahun 1990.
Setelah mengamati bahwa sebagian besar tren di seluruh dunia disebabkan oleh peningkatan jumlah hewan yang dibantai di Asia, dan fakta bahwa populasi Asia mengalami pertumbuhan paling besar (dalam jumlah absolut) selama periode yang dipertimbangkan, penting untuk menyelidiki grafik area bertumpuk per kapita.
Melihat grafik area yang tertumpuk untuk sapi, kami mengamati bahwa sejauh ini jumlah sapi yang paling banyak dibantai per kapitanya adalah di Oseania. Jumlah ini menurun untuk semua benua kecuali Asia yang mengalami sedikit peningkatan. Dari grafik tentang ayam, kita mengetahui bahwa di semua benua, ada lebih banyak ayam yang dibantai per warga. Patut dicatat bahwa di Oseania, Eropa, dan Amerika, lebih banyak ayam yang dibantai per kapita daripada di Asia dan Afrika. Melihat grafik tentang babi, sudah jelas bahwa kontribusi besar Asia terhadap peningkatan jumlah babi yang dibantai di seluruh dunia memang disebabkan oleh adanya pertumbuhan populasi; jumlah babi yang dibantai untuk warga Asia rata-rata hanya meningkat sedikit. Rangkaian waktu untuk Oseania, Eropa, dan Amerika tampaknya cukup stabil dan Afrika mengalami peningkatan tren.
Kesimpulan yang sama tentang kontribusi Asia terhadap jumlah absolut hewan yang dibantai dapat diperuntukkan juga pada domba. Jumlah per kapita di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika dikalahkan oleh Oseania. Semua benua tampaknya mengalami penurunan tren per kapita kecuali Asia.
Terakhir, kita melihat grafik area bertumpuk untuk ikan. Jumlah ikan per kapita yang digunakan untuk produksi di Amerika sangat mencolok: sangat tidak menentu, sedangkan di benua lain tampaknya ada tren yang lebih stabil. Rangkaian waktu di Oseania, Eropa, dan Asia mengalami sedikit peningkatan, dan rangkaian waktu di Afrika tampaknya stabil.
Kita dapat mendekonstruksi rangkaian waktu ini lebih lanjut dengan memecah benua menjadi negara-negara. Untuk menggambarkan distribusi jumlah hewan yang dibantai di berbagai negara sejelas mungkin, kami memilih untuk menggunakan peta persentase interaktif.
Selanjutnya, negara dengan jumlah sapi dan ayam potong terbesar adalah Cina, Amerika Serikat, dan Brasil. Mengenai babi, mereka paling banyak disembelih di Cina, diikuti oleh Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Vietnam, dan Brasil. Melihat grafik persentase domba, kita amati lagi bahwa Cina membantai domba paling banyak, kali ini diikuti oleh Australia dan Selandia Baru. Terakhir, jumlah (dalam ton) tertinggi ikan yang digunakan untuk produksi adalah di Cina, Indonesia, Peru, India, Rusia, dan Amerika Serikat (sesuai urutan tersebut).
Menarik untuk diteliti apakah negara-negara yang memiliki jumlah absolut hewan potong yang tinggi juga memiliki jumlah per kapita yang tinggi. Oleh karena itu, kami membuat perencanaan grafik yang sama, tetapi sekarang untuk mengoreksi ukuran populasi.
Kita dapat melihat di atas bahwa negara-negara dengan angka pembantaian absolut yang tinggi seperti Cina, Brasil, dan Amerika Serikat tampaknya tersingkir dari gambar. Mengenai jumlah sapi yang dibantai, Selandia Baru memiliki jumlah per kapita tertinggi: setiap tahunnya, hampir satu sapi dibantai per penduduk. Selandia Baru diikuti oleh Uruguay, Irlandia, dan Australia. Negara yang paling banyak membantai ayam per kapita adalah Israel, diikuti oleh Brunei, Mauritius, dan Belarusia. Negara yang memiliki jumlah babi per kapita yang paling banyak dibantai adalah Denmark, Spanyol, Belgia, dan Belanda (sesuai urutan tersebut). Peta persentase per kapita untuk domba dan ikan didominasi oleh Kepulauan Falkland. Negara lain yang memiliki jumlah domba potong per kapita yang tinggi adalah Selandia Baru, Mongolia, dan Islandia. Greenland, Islandia, dan Kiribati adalah negara-negara di mana jumlah produksi ikan per kapitanya besar.
Kekurangan dari penggunaan grafik persentase ini adalah karena grafik ini hanya memberikan gambaran yang baik tentang bagian distribusi negara yang paling atas. Oleh karena itu, kami juga menyertakan grafik peta dunia interaktif (angka absolut dan per kapita) sehingga pembaca dapat dengan mudah menemukan data untuk negara tertentu. Seseorang juga dapat mengarahkan kursor ke riwayat distribusi untuk melihat negara mana yang berada di bagian tertentu dari distribusi tersebut.
FAO dinilai unik karena mampu menyediakan statistik berskala global tentang peternakan, tetapi beberapa advokat telah mengajukan pertanyaan yang valid tentang keakuratan statistik mereka secara keseluruhan. Kritik terhadap statistik FAO dapat ditemukan di sini. Namun, ketika membahas tentang pembantaian global, data resmi yang lebih tepercaya mungkin sulit didapat. Secara keseluruhan, angka-angka tersebut memberi para advokat gambaran longitudinal yang relatif solid tentang berapa banyak hewan yang telah dikonsumsi di seluruh dunia selama 60 tahun terakhir atau lebih, dan tren umum dalam berbagai jenis konsumsi. Informasi ini dapat digunakan dalam banyak cara untuk menyampaikan kampanye advokasi, dari kampanye lokal dan regional, hingga upaya global yang lebih luas.
