Membentuk Sikap Terhadap Akuakultur di Amerika Serikat
This post has been translated from English to Indonesian. You can find the original post here. Thanks to Tipping Point Private Foundation for generously funding this translation work.
Akuakultur adalah industri yang sedang berkembang di seluruh dunia, tapi banyak yang tidak terlalu paham tentang ini. Akibatnya, mereka tidak memiliki pendapat yang kuat tentangnya.
Untuk mempelajari pandangan publik tentang akuakultur dan sikap orang-orang terhadap perkembangan sektor ini, para penulis studi ini melakukan dua survei online di sembilan negara bagian AS. Kedua survei menelusuri bagaimana pesan video dan pesan tertulis tentang manfaat akuakultur memengaruhi pendapat peserta. Salah satu survei tersebut adalah tentang akuakultur secara umum, sedangkan survei lainnya secara khusus tentang budidaya rumput laut. Penting untuk dicatat bahwa para penulis bukan berasal dari latar belakang advokasi (dengan kata lain, mereka tertarik untuk mempromosikan akuakultur).
Para peneliti menemukan bahwa para peserta yang mengetahui lebih banyak tentang akuakultur memiliki pandangan yang lebih positif tentang ini. Orang yang lebih tua mengetahui lebih sedikit tentang akuakultur, sementara orang yang memiliki gelar sarjana mengetahui lebih banyak. Selain itu, tidak terdapat perbedaan demografis yang signifikan.
Para peneliti menunjukkan kepada para peserta, video-video tentang bagaimana akuakultur bisa berkelanjutan. 57% dari para peserta yang memiliki pendapat kurang baik tentang akuakultur saat memulai, mendapatkan pendapat yang positif setelah menonton video. Ketika diminta untuk menilai pesan tertulis berdasarkan seberapa persuasif mereka, para peserta menilai pesan-pesan terkait lingkungan (contohnya, “akuakultur adalah alternatif berkelanjutan untuk perikanan liar”) sebagai yang paling persuasif. Mereka menilai pesan-pesan ekonomi (contohnya, “akuakultur akan membantu mengurangi defisit perdagangan AS”) sebagai yang paling tidak persuasif.
Para peserta melihat para peneliti sebagai sumber yang paling dipercaya untuk informasi terkait budidaya rumput laut, diikuti oleh pembudidaya akuatik, akuarium, museum, dan nelayan. Para peserta melihat lembaga-lembaga swadaya masyarakat sebagai sumber informasi yang paling tidak bisa dipercaya, tapi juga memiliki tingkat kepercayaan yang rendah terhadap pemerintah, pedagang grosir, dan koki profesional.
Meskipun para penulis makalah ini pro akuakultur, informasi ini relevan bagi advokat hewan akuatik. Rata-rata orang, bahkan di wilayah pesisir, hanya tahu sedikit tentang akuakultur. Bahkan dengan menonton satu video saja sudah cukup untuk mengubah pendapat mereka. Oleh karena itu, para advokat hewan memiliki sebuah kesempatan untuk membujuk publik dengan kampanye strategis. Ilmuwan, akuarium, dan museum dipandang sebagai sumber yang kredibel, sehingga sekutu di sektor-sektor ini bisa menginformasikan kepada publik tentang bahaya akuakultur. Akhirnya, pesan-pesan tentang masalah-masalah lingkungan dari penangkapan ikan komersil mungkin menjadi yang paling persuasif untuk digunakan dalam kampanye advokasi.