Kondisi Badak 2021
[This post has been translated from English to Indonesian. You can find the original post here. This translation was made possible with support from World Animal Protection courtesy of a grant from the Open Philanthropy Project.]
Setiap tahunnya, International Rhino Foundation (IRF) menerbitkan laporan rinci tentang tren konservasi dan perkembangan lima populasi badak di Afrika dan Asia. IRF mendanai upaya konservasi badak dan penelitian ilmiah, dengan fokus pada upaya anti-perburuan, program pengembangbiakan, pengelolaan habitat, dan pendidikan. Dalam laporan terbarunya, IRF memiliki beberapa kabar baik, tetapi juga terdapat beberapa tren yang meresahkan. Berikut ini dalah ringkasan temuan terbaru dari 5 spesies tersebut.
Badak Bercula Satu (India dan Nepal)
Pada awal tahun 1900-an, hanya ada sekitar 100 ekor badak bercula satu yang tersisa. Sekarang, setidaknya ada 3.700 badak bercula satu di alam liar. Pemerintah India dan Nepal secara ketat menegakkan undang-undang anti-perburuan liar. Memang, dalam setahun terakhir, tercatat hanya ada dua kematian badak yang sudah dilaporkan di negara bagian Assam yang diakibatkan oleh perburuan liar. Dan sekarang terdapat populasi badak di empat kawasan yang dilindungi. Sebuah rencana strategis baru untuk badak-badak di India adalah untuk menetapkan target peningkatan populasi sebanyak 800 ekor badak bercula satu selama dekade kedepan.
Berita di Nepal pun juga bagus. Pada tahun 2015, populasi badak mencapai 645 ekor. Angka dari survei terbaru adalah 752 ekor, ada peningkatan sebanyak 16,6%. Namun, ada tren yang meresahkan di Taman Nasional Chitwan, rumah bagi populasi badak terbesar di Nepal. Kematian badak alami di taman nasional telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Dan juga, pada tahun 2020 terjadi perburuan empat ekor badak di taman itu, yang pertama terjadi dalam jangka waktu hampir empat tahun.
Badak Jawa (Indonesia)
Dengan total jumlah hanya sekitar 75 ekor, spesies badak Jawa ini terancam punah. Dengan adanya tiga kematian alami dan empat kelahiran, populasi badak Jawa hanya meningkat sebanyak satu ekor selama setahun terakhir. Badak Jawa hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon Indonesia. Sepuluh tahun yang lalu, Taman Nasional Ujung Kulon memiliki kurang dari 50 badak, sehingga populasinya tumbuh secara perlahan. Taman Nasional Ujung Kulon memiliki program pemantauan komprehensif untuk melacak setiap badak. Data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk membantu melindungi dan mengelola spesies ini.
Badak Jawa perlu melengkapi diet mereka dengan garam, yang biasa mereka temukan di sepanjang pantai yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Namun, badak telah meninggalkan pantai karena adanya orang-orang yang memancing secara ilegal di area perairan sekitar Taman Nasional Ujung Kulon. Sebagai tanggapan, Taman Nasional Ujung Kulon membentuk dua unit armada laut Perlindungan Badak untuk menghentikan orang menangkap ikan secara ilegal di perairan sekitar Taman Nasional Ujung Kulon. Mudah-mudahan, hal ini akan memberi dorongan untuk badak agar kembali ke pantai daripada melakukan perjalanan jauh ke pedalaman untuk menemukan tanaman yang kaya akan garam. Pihak Taman Nasional Ujung Kulon juga telah melakukan program untuk menghilangkan tanaman aren jenis Arenga yang memenuhi sumber makanan yang disukai badak.
Badak Sumatera (Indonesia)
Spesies badak dari Indonesia yang kedua juga tidak memiliki nasib yang baik. Badak Sumatera juga terancam punah, dengan kurang dari 80 ekor yang tersisa di alam liar. Namun, berbeda dengan badak Jawa, populasi badak Sumatera justru menurun. Pada tahun 2018, sebuah proyek baru, Penyelamatan Badak Sumatera, mulai bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memindahkan badak Sumatera ke fasilitas penangkaran konservasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah populasi badak Sumatera secepat mungkin. Hewan-hewan ini akan menjadi asal mula badak yang nantinya akan dilepas kembali ke alam bebas. Karena dampak ekonomi dari pandemi, badak-badak ini semakin berisiko untuk diburu, dan segala upaya akan dilakukan untuk melindungi mereka.
Badak Putih (Afrika)
Perkiraan resmi tentang jumlah populasi badak putih selatan adalah sekitar 18.000 ekor. Perkiraan ini turun sebanyak 12% selama 10 tahun terakhir. Namun pada Februari 2021, Taman Nasional Kruger, taman nasional dengan populasi badak putih terbesar di dunia, melaporkan penurunan jumlah badak yang mengejutkan. Jumlah populasi mereka di tahun 2019 hanya menunjukkan sekitar 3.549 ekor, turun sebanyak 67% dari sensus 2011 sebesar 10.621 ekor. Jika memang demikian, jumlah total badak putih bisa saja mendekati 15.500 ekor.
Perburuan liar sedang mengalami peningkatan di sini. Sebuah jaringan kriminal yang terorganisir beroperasi di Botswana, Republik Demokratik Kongo, Zambia, dan Namibia yang membunuh badak dan menyelundupkan cula mereka ke Vietnam. Pemerintah Botswana melawan dengan memindahkan badak-badak tersebut ke lokasi yang lebih aman. Dan Zambia sedang bekerja untuk mengacaukan rute perdagangan dan mencegat pengiriman cula.
Badak Hitam (Afrika)
Berita ini lebih baik bagi badak hitam, yang berkeliaran di sembilan negara di Afrika. Meskipun masih terancam punah, jumlahnya terus meningkat dan berada di antara 5.366 dan 5.630 ekor. Dalam 10 tahun terakhir, telah terlihat peningkatan populasi spesies sebesar 16-17%. Di Zimbabwe, jalinan kerjasama antara Zimbabwe Parks and Wildlife Management Authority dan Frankfurt Zoological Society berhasil memindahkan 29 ekor badak hitam ke Taman Nasional Gonarezhou di Zimbabwe. Ini adalah pertama kalinya dalam 30 tahun badak hitam hidup di Zimbabwe.
Namibia adalah rumah bagi populasi badak hitam terbesar di Afrika. Taman Nasional Etosha mengakomodasi sebagian besar hewan ini dan jumlahnya terus meningkat. Walaupun perburuan liar merupakan ancaman luar biasa bagi badak, jumlah insiden di Namibia lebih sedikit dibandingkan dengan negara tetangganya, Afrika Selatan. Risiko lainnya adalah kekeringan, yang terjadi dari tahun 2017 hingga 2019 dan mengharuskan adanya pemindahan badak ke daerah yang memiliki jumlah air yang cukup dan keamanan yang memadai.
Di Kenya, negara bagian merupakan pihak yang memiliki seluruh badak hitam. Mereka tinggal di daerah kecil, berpagar, dan sangat dilindungi di tanah milik pemerintah dan swasta. Perburuan liar telah menurun secara signifikan selama delapan tahun terakhir, dan tahun 2020 menandai tahun pertama dalam dua dekade terakhir dimana tidak ada kematian badak hitam yang disebabkan oleh perburuan liar. Target populasi saat ini yang ditetapkan oleh pemerintah adalah untuk memiliki 830 ekor badak hitam pada akhir tahun 2021.
IRF sedang mencari berbagai strategi untuk melanjutkan kemajuan konservasi. Teknologi reproduksi buatan mungkin dapat membawa kembali hewan dari ambang kepunahan. Sistem pengawasan telah meningkat secara dramatis. Upaya penegakan hukum untuk menjerat pemburu dan penyelundup, dan beberapa penangkapan terkenal telah dilakukan selama setahun terakhir. Para advokat dapat membantu badak-badak tersebut dengan berkolaborasi dengan pemerintah dalam upaya perlindungan, anti-perburuan dan bekerja dengan masyarakat lokal untuk memberikan dorongan tentang konservasi satwa liar. Ancaman yang dihadapi badak-badak ini terus berlanjut, tetapi upaya kami dapat memberikan sebuah perbedaan bagi spesies yang luar biasa ini.
https://rhinos.org/about-rhinos/state-of-the-rhino/
